Mark: Selamat Datang di Kerajaan Facebook ! - PTIK-UNM MAKASSAR
Breaking News

Mark: Selamat Datang di Kerajaan Facebook !

Makassar - Melalui akun resminya, Mark Zuckerberg mengumumkan bahwa penduduk Facebook sudah mencapai 1 miliar. Berarti, 1 dari setiap 7 penduduk planet bumi sudah terdaftar di situs jejaring sosial itu.

Kalaulah Facebook ini sebuah negara, maka dia hanya kalah dengan China dan India. Dan dengan kecepatan pertumbuhan sekitar 1000 user baru per menit, jumlah itu akan terus membengkak.

Tentu saja pencapaian ini, oleh sebuah perusahaan yang baru berumur 8 tahun, merupakan hal yang luar biasa. Terlebih lagi, di tengah hilang timbulnya berbagai jejaring sosial, sebut saja almarhum Friendster, Myspace, Plurk dan Google+ yang masih terseok-seok, tentu ada 'sesuatu' yang dimiliki Facebook yang membuat mereka mampu mencapai itu semua.

'Hacker Way' sebagai Budaya Kerja

Membuat sebuah sistem yang bisa menampung aktivitas dari 1 miliar user tentu memerlukan racikan khusus dalam cara bekerja. Dalam hal ini, Facebook menjadikan 'Hacker Way' sebagai budaya kerja mereka.

Ini diwujudkan dalam bentuk mendorong para engineer-nya untuk tidak takut berbuat salah. 'Move Fast, Break Things' adalah motto mereka. Berbuat salah bukanlah sebuah dosa, yang penting setelah itu segera diperbaiki.

Kalau software company lain, dalam meluncurkan produknya akan melalui sejumlah versi alpha dan beta, bahkan mungkin beberapa versi RC (release candidate) sebelum versi final diluncurkan ke publik, tidak demikian dengan Facebook.

Demi mengimbangi kecepatan pertumbuhan pengguna, dan untuk 'mengikat' mereka tetap setia nongkrong di dalamnya, Facebook harus bergerak cepat dalam meluncurkan fitur-fitur barunya.

Untuk itu, setiap engineer langsung bekerja di 'live system'. Bahkan engineer yang baru masuk bergabung, setelah beberapa minggu langsung disuruh mempelajari struktur program dari sistem mereka. Langsung diberi akses men-deploy apapun hasil kreasi mereka ke dalam live system tadi.

Jika mereka punya sejumlah alternatif fitur baru, maka sebelum diputuskan mana yang akan digunakan, mereka akan langsung mencobanya kepada seluruh pengguna dengan memberikan fitur A kepada sebagianuser, dan fitur B kepada sebagian lainnya, untuk kemudian diseragamkan tergantung dari feedback yang didapat.

Pendekatan yang tidak lazim ini tentu saja sering menimbulkan masalah, yang memicu berbagai protes dari para pengguna. Seperti masalah kebijakan privasi yang sempat menjadikan Facebook bulan-bulanan protes.

Bahkan pernah terjadi, seluruh fitur-fitur yang masih dalam tahap awal pengembangan, muncul di sebagian besar pengguna, sehingga untuk beberapa waktu Facebook harus 'diputuskan' dari dunia luar untuk memperbaiki kesalahan tersebut.

Tapi karena menganut filosofi 'berbuat salah, bukanlah kejahatan' dan 'semakin cepat menemukan kesalahan, semakin baik', Facebook akhirnya tetap bisa mengatasi itu semua dengan melakukan perbaikan secepat mungkin, sehingga pengguna dapat kembali bersosial media dengan nyaman.

Dengan budaya kerja seperti itu, maka tidak heran kalau mereka mampu membangun sistem yang mampu menampung 1 miliar lebih pengguna aktif di dalamnya. Karena kecepatan mereka dalam beradaptasi seiring dengan pertumbuhan pengguna.

Model Komputasi Masa Depan

Jika Google memiliki algoritma prediktif, dimana mereka seperti sudah memiliki index raksasa atas segala sesuatu, sehingga saat kita memasukkan kata kunci pencarian, seolah-olah Google sudah siap dengan jawaban yang kita minta, maka yang dilakukan oleh sistem Facebook jauh lebih rumit dari itu.

Saat kita login ke wall Facebook, dalam orde kurang dari satu detik, server Facebook akan melakukan komputasi untuk menentukan notifikasi, rekomendasi, dan invitation yang akan muncul di wall kita.

Penentuan isi wall bukan hanya berdasarkan activity history kita, seperti apa saja aplikasi yang pernah kita buka, atau status siapa saja yang pernah dikomentari, atau group yang pernah kita 'Like' atau foto apa saja yang pernah kita upload, tapi juga memperhitungkan aktivitas dari teman-teman kita seperti tagging terhadap foto atau notes, plus juga berdasarkan aktivitas dari group yang kita ikuti, atau game dan aplikasi 3rd party yang kita mainkan.

Dan dalam sepersekian detik juga, berdasarkan semua itu, engine data analytics Facebook harus menentukan iklan apa saja yang akan muncul di wall kita.

Dan yang lebih hebat lagi, semua hal di atas selalu berlangsung 'on the fly'. Sebab, meskipun kita diamkan, isi halaman kita akan selalu bergerak jika ada penambahan konten dari teman/group yang terkait dengan kita.

Semua hal di atas terjadi secara simultan untuk sekian ratus juta conccurent user yang sedang login ke dalam sistem.

Dalam sebuah artikel di majalah Business Week, disebutkan bahwa setiap detik engine komputasi Facebook harus menangani 2,7 miliar 'Like', 2,5 miliar status update, 300 juta gambar yang di-upload dan sejumlah besar data lain seperti check-in, games, dan lain sebagainya.

Kemampuan menangani kompleksitas yang masif seperti itu menunjukkan bahwa para engineer Facebook sudah berhasil memecahkan sejumlah permasalahan paling rumit dalam dunia pengolahan data dengan jumlah super besar atau sekarang sedang tren dengan istilah 'Big Data'.

Bisa dibayangkan bahwa eskalasi berikutnya dari engine milik Facebook ini dapat digunakan untuk menciptakan sebuah sistem yang 'personalized' dalam bentuk tiga dimensi.

Dengan menggabungkan teknik augmented reality serta sejumlah instrumen sensor yang ditempatkan di sejumlah titik misalnya, Facebook dapat menambah jangkauannya tidak lagi hanya di layar monitor notebook atau tablet, tapi juga ke sejumlah perangkat digital signage yang sekarang sudah mulai banyak tersebar di berbagai tempat.

Jadi misalnya, saat kita mengaktifkan layanan Mobile Facebook di smartphone yang memiliki kapabilitasNear Field Communication (NFC) dengan GPS active, masuk ke dalam sebuah mal yang sistem digital signage-nya sudah tersambung dengan advertising engine Facebook, maka kita tidak hanya mendapatkan SMS iklan seperti yang biasa kita terima, tapi juga bisa menampilkan preferensi produk di digital signageterdekat kita, beserta sejumlah rekomendasi seperti diskon, paket khusus atau lainnya.

Ini semua mengingatkan pada skenario yang dijalani oleh John Anderton yang diperankan oleh Tom Cruise dalam film Minority Report tahun 2002 lalu. Saat dia terdeteksi masuk ke dalam sebuah mal, secara otomatis muncul hologram dalam bentuk perempuan cantik yang menyambut.

Dan berdasarkan ingatan atas rekam jejak belanja di mal tersebut, sang hologram memberikan rekomendasi produk dan layanan baru untuk dibeli yang juga disesuaikan juga dengan limit kartu kredit yang dimiliki.

Jalan cerita ini sangat mungkin jadi kenyataan dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Dan jika timengineer Facebook bisa menunjukkan arah perkembangan seperti itu, bukan tidak mungkin harga saham yang sekarang sedang anjlok hampir 50% dari harga saham perdana IPO, akan segera melesat kembali untuk bersaing dengan raksasa industri TI lainnya.

Kalau itu semua terjadi, sepertinya layak kalau kita mengucapkan: Selamat Datang di Kerajaan Facebook!

sumber : inet.detik.com

Tidak ada komentar untuk "Mark: Selamat Datang di Kerajaan Facebook !"